Apakah kamu sering merasa bahwa uang habis begitu cepat? Kalau jawabannya ya, mungkin kamu melakukan kesalahan dalam mengelola keuangan kamu. Kamu nggak mau kan gaji bulanan di rekening hanya numpang lewat sebentar untuk bayar hutang. Pastinya ingin dong bisa liburan dan menikmati hari tua dengan tenang. 

Berikut ini adalah kesalahan perencanaan keuangan yang paling sering dilakukan oleh generasi millenial.

Tidak Membuat Anggaran Bulanan

Apakah kalian sudah mencatat biaya yang keluar setiap hari? Kalau belum, mulailah dari sekarang untuk mendata pengeluaran secara harian. Setelah didata selama satu bulan, data ini bisa dipakai untuk membuat anggaran bulanan. Dengan mencatat pengeluaran harian membuat diri kita disiplin dalam mengelola uang. Pendataan ini merupakan salah satu alat untuk melacak kemana saja uang kita dikeluarkan. Apakah uang yang dikeluarkan sudah sesuai dengan budget? 

Besar Pasak Daripada Tiang

Sering kali kita berlaku konsumtif dan membeli produk yang mahal namun tidak mengukur pendapatan kita. Gaji pas-pasan namun gaya hidup yang dilakukan melebih dari gaji yang didapat. Nongkrong di mall dan wisata hanya demi mengikuti tren. Hasilnya? Anak millenials memiliki cicilan yang banyak bahkan menggunakan kredit online untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya. 

Tidak Menabung Di Awal

Menabung yang baik  yaitu menabung di awal setelah menerima gaji. Kenapa? Karena bila kita menabung di akhir, itu adalah uang sisa. Kalau kita menabung di awal, berarti sudah berkomitmen uangnya disimpan sekian persen untuk tabungan. Sedangkan kalau kita menabung di akhir, pastinya hanya menabung dari sisa-sisa uang bulanan. Usahakan menabung di rekening yang berbeda sehingga tidak tercampur dengan dana yang dipakai harian. Bisa juga dengan meminta pihak bank untuk melakukan autodebet bulanan di awal bulan.

Tidak Memiliki Asuransi Kesehatan

Hari gini nggak punya asuransi? Minimal banget nih kamu punya asuransi BPJS. Sebagai pelengkap kamu bisa memakai asuransi kesehatan dari pihak swasta. Sakit bisa membuat seseorang menjadi miskin sesaat, oleh sebab itu kamu membutuhkan asuransi yang membantu mengambil alih resiko yang ditanggung oleh nasabahnya. Bayangkan bila kita atau keluarga kita mengalami musibah seperti harus menderita penyakit kritis. Tabungan dan aset keluarga harus dipakai untuk membiayai pengobatan yang mahal. Namun bila kita memiliki asuransi, biaya yang dikeluarkan tidak sebesar yang harus dibayarkan. Asuransi kesehatan ini juga membantu menjaga arus keuangan kita. Lebih baik menganggarkan uang ratusan ribu hingga jutaan tiap bulannya untuk asuransi kesehatan, daripada mendadak harus keluar uang hingga puluhan juta untuk sekali berobat dari tabungan. 

Tidak Memiliki Asuransi Jiwa

Kesalahan perencanaan keuangan berikutnya yang sering dilakukan oleh milenial adalah tidak memiliki asuransi jiwa. Hal yang tidak bisa kita prediksi adalah kematian. Apalagi bila kita sudah memiliki tanggungan seperti anak dan istri dan kita adalah sumber pendapatan dalam keluarga. Bila kita meninggal, maka pastinya sumber pendapatan istri dan anak tidak ada. Bagaimana dengan kelangsungan hidup mereka kelak? Bagaimana dengan sekolah anak? Siapakah yang akan membiayainya kelak? Oleh sebab itu, bila Anda sayang keluarga, asuransi jiwa adalah hadiah bagi keluarga Anda apabila suatu saat kelak Anda harus pergi meninggalkan mereka karena meninggal dunia. Selain itu, dana dari asuransi jiwa dapat dipakai untuk membayar hutang-hutang, sehingga ketika Anda meninggal keluarga tidak ditinggalkan dengan tumpukan hutang. 

Tidak Memiliki Dana Darurat

Pernahkah tiba-tiba ada berita duka dan mengharuskan kita dan keluarga pergi ke luar kota? Atau misalnya handphone kita jatuh dan rusak. Padahal pekerjaan kita sehari-hari membutuhkan handphone untuk menghubungi client? Dana darurat inilah yang dipakai untuk membiayai tiket dan akomodasi keluar kota bila terjadi hal mendadak dan memperbaiki atau membeli handphone baru ketika rusak. Bayangkan bila kita tidak memiliki dana darurat, bisa jadi kita akan berhutang demi memenuhi kebutuhan darurat seperti itu. Untuk single, dana darurat yang ideal adalah 6 bulan gaji, bila sudah berkeluarga dana darurat ideal yang dikeluarkan adalah 12 bulan. 

Kenapa dana darurat untuk single disarankan 6 bulan? Karena kita berasumsi, bila tidak memiliki pekerjaan, setidaknya selama 6 bulan ke depan masih bisa bertahan hidup tanpa penghasilan. Apalagi masih muda, diharapkan dalam jangka waktu  bulan sudah bisa memiliki pekerjaan atau penghasilan baru. Sedangkan untuk yang sudah berkeluarga, dikarenakan pengeluaran lebih besar maka dibuatlah dana darurat yaitu 12-15 bulan.

Dana darurat ini harus bersifat likuid, jadi disarankan dana darurat ini disimpan di rekening bank yang berbeda sehingga tidak tergoda untuk mengambilnya. Dana darurat ini bisa diisi dengan menganggarkan dari gaji bulanan 5-10% atau mengisinya dengan bonus tahunan yang didapat. Daripada bonus tahunan dihamburkan untuk hal yang konsumtif, lebih baik disimpan di rekening dana darurat. Selain itu dana darurat bisa diisi dari penghasilan di luar pekerjaan utama, misalnya dari pekerjaan sampingan.

Tidak Memiliki Tujuan Keuangan

Bila kita menabung dari sisa-sisa uang yang ada, kita tidak akan termotivasi untuk menabung. Rekening tabungan untuk tujuan keuangan tertentu sebaiknya terpisah dan tidak tercampur dengan rekening operasional harian. Menabung itu harus dipaksakan, karena bila kita tidak memiliki tujuan keuangan yang jelas, motivasi menabung tidak ada. Misalnya saja menabung untuk persiapan menikah, liburan ke luar negri.

Tidak Memulai Mempersiapkan Dana Untuk Masa Pensiun

Usia produktif menjadi karyawan antara 55-60 tahun. Di usia Anda yang sekarang ini, apakah sudah memikirkan apakah Anda memiliki pendapatan untuk menghidupi diri Anda sampai usia senja nanti? Dana pensiun harus disiapkan dimulai dari sekarang. Tidak mungkin menggantungkan diri Anda kepada anak-anak karena pastinya mereka memiliki kehidupannya masing-masing. Untuk memulai menyiapkan dana pensiun caranya dengan menyisihkan uang untuk melakukan investasi, bisa dengan membeli saham, reksadana, ataupun instrumen investasi lainnya.

33 COMMENTS

  1. Halo,

    Saya termasuk generasi Millenial yang hemat namun tetap aja kadang kebla’blasan jajan, namun, setelah menikah udah mulai benar benar disiplin dalam membelanjakan uang, semoga bisa lebih baik manage keuangan dari taun taun lalu.

    Salam kenal ya,

  2. Eh saya masih termasuk generasi milenial bukan ya?
    Tapi beberapa point kena juga kok di saya.
    Diawal bulan niat dan semangat mencatat dan kumpulin struk belanjaan, belum juga tanggal 10 dah kambuh malesnya. struk belanjaanpun segera dibuang

  3. Gaya hidup ga neko2 tapi tetep aja berasa boros walau sudah ada tabungan… Mungkin krn ga terbiasa mencatat pengeluaran itu kali ya

  4. Mengelola keuangan rumah tangga dan bisnis itu harus dipisahkan. Makanya kita harus paham dulu uangnya untuk apa? Tujuan hidup sih sebenarnya mau ke mana dan gimana. Baru deh tau rezeki yang kita peroleh ditaruh di pos2 masing2. Jangan lupa zakat 2,5% ya biar barokah 🙂

  5. Makasih tipsnya mbak. Aku masih sering salah langkah dalam mengatur uang. Akhir-akhir ini terlalu banyak pengeluaran digital, selain beli pulsa dan kuota aku beli juga beberapa subscription aplikasi padahal uang tabungan nggak banyak, duh XD

  6. Terima kasih tipsnya, Mbak Inez.
    Nomor 2 memang sering mengoda hati dan jiwa hahaha. Bahkan terkadang membeli barnag yang diinginkan, bukan dibutuhkan.
    Makanya saya pikir 1001 kali, kalau mau beli barang hehehe.

    Terus sebagai freelance, saya nyimpan dana lebih kalau pas banyak job. jadi pas agak sepi, “dana kepepet” bisa dipakai hehehe.

  7. Dana darurat yg menurtku paling penting,, karena disaat ada keadaan darurat bisa langsung ambil dr situ dan sepertinya harus dipi=sahkan dengan uang yg dipakai untuk sehari2.. nice sharing 🙂

  8. Aku udah nerapin ngelist daftar pengeluaran tiap bulan
    nabung di awal bulan, investasi, siapin dana darurat, gaya hidup juga nggak ngoyo amat
    tapi kadang kendalanya di bulan pertama semangat nulis seluruh catatan keluar masuk pengeluaran atau pemasukan, sedangkan di bulan berikutnya gagal kwkwkwk
    untuk asuransi belum ada yang punya mbak, hhee
    TFS loh untuk sharing artikelnya mbak ^_^

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here